UMKM

Melihat Aktivitas Perajin Tanduk yang Masih Bertahan di Magelang

Melihat Aktivitas Perajin Tanduk yang Masih Bertahan di Magelang, Desa Pucang di Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, sejak dulu dikenal sebagai sentra perajin tanduk kerbau. Namun, usaha kerajinan tanduk itu berangsur ditinggalkan sebagian warga Desa Pucang karena sulitnya mencari bahan baku.
“Usaha kerajinan tanduk ini sudah turun-temurun, mungkin sejak zaman Belanda. Dari bapak sampai Mbah saya juga membuat (kerajinan tanduk),” kata Muhammad Asnawi (57), warga Dusun Pojok, Desa Pucang, Senin (11/4/2022) lalu.

Asnawi adalah salah satu perajin tanduk di Desa Pucang yang hingga kini masih bertahan menekuni usahanya. “Dulu bahan bakunya tanduk kerbau dari Sumatera, dibawa pengepul ke sini. Sekarang pakai tanduk sapi dari Boyolali,” terang Asnawi.

Asnawi mengatakan, bahan baku tanduk kerbau sekarang sulit dicari. Kerajinan dari tanduk kerbau kini juga kalah bersaing dengan perajin lain yang membuat sarung golok. Sebab, ujar Asnawi, mereka berani membeli bahan baku dengan harga tinggi.

“Perajin di Desa Pucang kalah saing untuk bahan baku. Beli (bahan baku) sampai sini per kilo antara Rp10.000 sampai Rp13.000,” ujarnya.

Asnawi menerangkan cara membuat produk kerajinan dari tanduk sapi. Awalnya, tanduk itu dijemur dulu di bawah sinar matahari selama 2-3 hari. Setelah kering, tanduk itu dipotongi untuk dibuat menjadi pipa rokok, sisir, dan lain-lain.

Baca Juga : Peluang Usaha Sale Pisang

“Sekilo tanduk bisa jadi sekodi atau 20 biji pipa rokok. Pipa ukuran kecil di sini harganya Rp 5 ribu, yang besar Rp 12 ribu. Jualnya per kodi,” ujar Asnawi.

Menurut Asnawi, tanduk kerbau lebih bagus kualitasnya dibandingkan dengan tanduk sapi. Namun, tanduk kerbau sudah mulai sulit dicari sejak tahun 2000-an. Terlebih, perajin membuatnya dengan sistem borongan dan membutuhkan keterampilan khusus.

“Ketika ada kayu (untuk membuat souvenir) prosesnya cepat. Terus hasil per harinya lebih banyak mengerjakan kayu,” tuturnya.

Untuk perajin tanduk, Asnawi berujar, saat ini tinggal beberapa orang saja di Desa Pucang. Mereka rata-rata sudah paruh baya.
Perajin tanduk lain di Desa Pucang, Harsono (57), menyebutkan bahan baku tanduk saat ini didatangkan dari Ampel Boyolali. Tanduk tersebut dibuat pipa, sisir, konde maupun lainnya.

“Jual disini per kodi. Dulu sebelum Corona, penjualan di Borobudur itu ramai. Sekarang ini baru mulai ada pesanan,” ujar Harsono seraya memotongi tanduk untuk dibuat pipa rokok. (Sumber : Detik.com)

Related Articles

Back to top button