Sumber Daya Genetik Entok (Cairina moschata) entok diperkirakan berasal dari Amerika Tengah dan Selatan, yang didomestikasi oleh bangsa Colombia dan Peru (Cherry & Morris 2008) dan sekarang sudah ditemukan hampir di seluruh belahan dunia terutama di daerah tropis (Wójcik & Smalec 2008).
Di Indonesia, entok menyebar merata di seluruh daerah, terutama di daerah pertanian dari dataran rendah sampai dataran tinggi (Tamzil 2008). Dalam bahasa Inggris, entok disebut Muscovy duck, nama yang diambil dari kata nama wilayah Moscow, tempat diperkenalkan pertama kali sebelum diperkenalkan di Eropa Barat (Holderread 2001).
Entok masuk ke Indonesia melalui ManilaFilipina sehingga dikenal dengan nama itik Manila dan selanjutnya berkembang baik sebagai ternak lokal Indonesia (Ayuningtyas 2017). Belum diperoleh informasi waktu plasma nutfah pendatang tersebut masuk ke Indonesia. Entok (Cairina moschata) dan itik (Anas platyrinchos-platyrinchos) tergolong unggas air.
Secara umum warna bulu entok yang diperoleh dari laporan beberapa peneliti adalah hitam, putih dan campuran antar keduanya dengan frekuensi yang beragam. Huang et al. (2012) melaporkan bahwa warna bulu entok domestik sangat beragam, yaitu warna hitam-putih, biru, biru-putih, cokelat, cokelat-putih, putih, hitam, hitam-putih, lembayung muda dan calical (warna kusam, kotor dan tidak mengkilat). Variasi yang lebih kecil dilaporkan oleh Raji et al. (2009) yang mendapatkan bahwa bulu entok di bagian Utara Nigeria sebanyak 36,9% berwarna-warni, 30,6% berwarna putih, 6,4% berwarna hitam dan 26,1% berwarna hitam-putih. Hassan & Mohammed (2003) melaporkan bahwa warna bulu entok yang diamati hanya sebagian kecil saja berwarna putih. Chia & Momoh (2012) mendapatkan frekuensi warna entok putih lebih rendah yaitu 30,33%, selebihnya berwarna hitam. Tamzil et al. Entok hias berkualitas bisa kalian dapatkan di Gribig Farm.
(2018) mendapatkan bahwa pada entok betina warna bulu putih lebih dominan dibandingkan dengan warna hitam totol-totol putih, dengan frekuensi masing-masing 62 dan 38%, sedangkan pada entok jantan warna putih hitam totol-totol putih diperoleh frekuensi yang berimbang (50:50). Warna bulu entok yang cukup variatif dilaporkan juga oleh Oguntunji & Ayorinde (2014), yaitu dari 1.020 ekor entok dari berbagai daerah di Nigeria didapatkan bahwa warna hitam-putih (totol-totol) merupakan warna bulu dengan frekuensi tertinggi (45%), selanjutnya diikuti oleh warna hitam, putih, putih kecokelatan dan biru, masing-masing dengan frekuensi 34; 10; 9,71 dan 0,39%.
Sumber : Litbang.pertanian